Minggu, 20 November 2016

Pria dan Tarian Air Mata : Kelima

Saat ini mereka sudah berada di pinggir jalan di depan kampus, menunggu angkutan kota yang sekiranya akan mengangkut mereka pulang, Amira berdiri di sebelah kanan Soleh, Soleh yang sudah diserang kantuk yang luar biasa kini terus menerus menguap, kini lebih lebar, Amira lalu menatap wajah lelah Soleh, ia teringat akan cerianya Soleh saat itu, saat sebelum semua musibah datang menghampiri pria disebelahnya. Kala itu Soleh masih duduk di bangku Sekolah Dasar, ia terkenal cerdas dikalangan guru dan wali murid, meski ia dikenal sebagai bocah iseng tak tahu adat oleh teman-teman sekolahnya maupun sekolah lain. Pagi-pagi sekali, ketika pelajaraan baru akan dimulai, Pak Rahmat sebagai Wali Kelas Soleh menghimbau kepada Soleh untuk segera menemui Kepala Sekolah, karena ada beberapa hal yang ingin dibicarakan, Soleh lalu pergi menemui Kepala Sekolah di ruangannya yang berada di lantai dasar sebelah toilet guru, ia mengetuk pintu lalu masuk kedalam setelah suara Kepala Sekolah mempersilakannya masuk. "Jadi gini Leh, minggu depan itu ada lomba cerdas cermat antar gugus, kamu bapak masukkin ya buat lomba" kata kepala Sekolah lembut " Lagipula kan, nilai kamu selalu bagus dari teman kamu yang lain". Begitulah akhirnya Soleh keluar ruangan Kepala Sekolah dengan menyetujui keputusan yang tidak dapat ia tolak, ia lalu kembali ke ruangannya dan berfikir bahwa jam belajarnya tiap malam nanti akan bertambah dikarenakan lomba yang akan ia ikuti minggu depan, ia tekun mencatat materi yang diberikan Pak Rahmat di tiap pelajarannya, hingga bel istirahat akhirnya berbunyi, membuat kelas kosong seketika hanya meninggalkan Soleh seorang diri menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya. Tiba-tiba datang tiga orang murid Sekolah Dasar tetangga, masuk ke kelas Soleh seraya menggebrak meja tempat Soleh berada, Soleh yang terkejut mengucek mata lalu memasang wajah heran, karena ia tak pernah tahu siapa anak yang ada di depannya. "Elu kan yang kemaren nimpuk gue pake plastik bekas Es?!" Anak itu berteriak sambil tangannya menggenggam kerah seragam sekolah Soleh, Soleh yang tekejut lalu terperanjat mengikuti kerah seragam sekolahnya, geram pertanyaannya tidak dijawab Soleh, ia lalu mengirimkan bogem mentah ke pipi kanan Soleh, membuat Soleh terlepas dari genggamannya, dan terjatuh dengan kepala menghantam lantai, mata Soleh kembali terperjam dan mengingat kembali kejadian apa yang terjadi kemarin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar