Rabu, 16 November 2016

Pria dan Tarian Air Mata : Kedua

Pagi kini menjelang siang, matahari terasa seperti tepat berada diatas ubun-ubun, panasnya menyengat kulit-kulit telanjang yang tak tertutup bahan , angin pelan berhembus, membawa sedikit kesejukan serta debu-debu jalanan, sekali dua angin berhembus sedikit lebih kencang, membuat pusaran kecil selanjutnya menerbangkan debu-debu serta daun kering. Dibawah pohon beringin lebat, duduk seorang pria diatas kursi panjang yang terbuat dari semen, kedua tangannya di sisipkan kedalam kantung samping hoodie denim paduan biru dongker dan abu-abu, terlihat dua buah headset kecil menggantung di kedua telinganya, kabel headset tersebut tersambung ke telepon genggam di kantung kanan celana jeans belelnya, sekali dua ia menghentakkan kaki-kakinya ke tanah senada dengan irama lagu yang ia dengar, wajahnya sedikit layu, matanya terlihat agak cekung, beberapa kali rambutnya tertiup angin yang behembus mesra, rambutnya tidak gondrong mungkin sudah dicukur semalam tadi. Pria tersebut lalu melirik arlojinya, jarumnya menunjukan pukul tiga belas tiga puluh, mulutnya bergumam, air mukanya berubah, ia segera bangkit dari kursi tersebut melangkah pelan menuju gerbang kampus sambil tangannya menyambar ransel coklat yang terduduk malas disebelahnya, langkahnya berat pikirannya bimbang, haruskah ia menunggu lebih lama atau lebih baik pergi dan menikmati tidur siang dirumah, kakinya terayun menuju gerbang, kepalanya mulai ia tegakkan meski tangannya masih berada di posisi yang sama seperti saat ia duduk tadi, selangkah dua langkah mulai ia ayunkan, hingga suara seorang perempuan berhasil mendapatkan perhatian langkah kakinya juga kepalanya yang langsung menengok ke sumber suara. "Soleh! Tunggu, katanya mau pulang bareng".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar