Selepas makan bubur ayam pagi ini, emang udh niat buat lanjutin cerita di blog, tapi akhirnya masuk fesbuk buat liat-liat sembari cari referensi, alhasil yg di dapet adalah ke-bete-an yg amat sangat, karena kenapa?karena banyak org debat di halaman beranda gue, kayak gini, misal elu baru bangun tidur, terus pengen keluar beli bubur ayam (bubur ayam lagi kan) nah baru aja lu tongolin kepala, elu udh liat tetangga satu gang rumah elu mereka adu bacot tuh, tapi nggak ada yg misahin, ya kayak gtu td pas awal gue masuk fesbuk, alhasil gue jadi nulis tulisan ini dah. Gue mau bahas nahan, tahan atau menahan yg artinya bisa menghentikan, mencegah atau membiarkan tidak terjadi, jadi menahan itu contohnya kayak, elu udh ngetik pesan buat ngajak jalan gebetan trus elu apus lagi, takut dia nolak ajakan elu, atau takut dia udh bisa baca pesan elu meski masih dalem niat, ya gitu pokoknya. Gue kira awalnya nahan nafsu syahwat itu adalah hal terberat, tapi ternyata nahan nafsu debat atau nyinyir atau memaki atau bully dsb, itu jauh lebih berat. Ya balik lagi ke tulisan gue sebelumnya, kalo ini sih pandangan gue aja, klo menurut pandangan elu beda, ya siapa peduli gtu. Balik lagi ke nahan, akibat dari menahan yg gabisa ditahan ini (nah gimana tuh maksudnya?) timbul lah debat kecil-kecilan antar teman, yang akan menimbulkan ke rinduan, akhirnya melakukan pertemuan namun semuanya dalam konteks negatif. Yg satu ngerasa bener, yg satu lagi ngerasa bener banget, klo udh kayak gtu hal yg dirasakan adalah hasrat untuk adu jotos yg tinggi. Dimulai dari debat inilah akan terjadi aksi unblock, unfriend sampe unfollow, mememiliki rasa saling bermusuhan yang berujung tidak adanya reunian untuk melakukan makar bernama balikan (yha). Trus klo udh kayak gini mau gimana? Mau baekan aja canggung udh tau klo temennya dukung kubu sana, rugi ga?rugi, knpa rugi?seandainya dia temen baik kalian (dulu mungkin sebelum saling unfriend) dia bisa aja nyebar aib kita kayak misal pernah cuci muka pake sabun mandi tetangga, atau pernah pipis ceboknya pake debu kayak tayamum. Nggak mau hal ini terjadi kan?ya kalian harus belajar menahan segala hal yang mengakibatkan buruk di masa depannya nanti, karena percaya atau nggak, kalian bakal butuh bantuan dari temen yg udh kalian debatin sampe di unfriend tadi. Ngerti nggak? Nggak? Yaudah debat lagi aja.
Sabtu, 03 Desember 2016
Rabu, 23 November 2016
Semakin Punya Otak Maka Semakin Bodoh.
Dunia maya menurut gue adalah tempat dimana elu bisa escape dari realitas yang kadang terasa menjijikan, itu menurut gue, kalo menurut elu beda ya silakan tulis sendiri. Dunia maya itu kayak dunia yang semua orang bisa jadi apa yang dia mau, bisa jadi desainer, jadi penulis, jadi politisi, bahkan jadi bodoh, semua sah-sah aja. Untuk jadi bodoh, mungkin gue akan bahas dari sisi yang gue lihat, belakangan ini atau tepatnya setelah sebuah video dari Bapak Gubernur Ibu Kota tentang SARA jadi viral lalu menyebar ke ujung dunia nyata maupun maya, banyak masyarakat-masyarakat dunia sosial langsung heboh kayak ada dangdutan di kondangan kampung sebelah, pasalnya banyak masyarakat media sosial yang akhirnya menghujat si Bapak Gubernur tadi, tapi nggak sedikit juga yang ngebela si Bapak, beberapa hari kemudian kubu yang pro maupun yang kontra saling timpuk kata-kata, tusuk menusuk dengan berita, bahkan nggak sedikit yang komen dengan kalimat yang amat sangat indah nan puitis di kalangan iblis. Oke sampe sini gue mau bilang "STOP BEING RETARD!", nggak ada dari kalian yang lebih baik, dari kubu yang kontra, mungkin apa yang mereka lakukan nggak dilarang oleh pemerintahan, mereka cuma mau membela hak-hak mereka, tapi apa susahnya sih komen dengan kalimat baik-baik? Kalo komen kalian kayak gitu, kaya yang puitis nan romantis di kalangan iblis, mungkin apa yang kalian lakuin nggak jauh lebih baik dari yang si Bapak Gubernur lakukan. Sementara dari kubu yang pro, nggak salah kalian ngebela si Bapak Gubernur, itu hak kalian juga, tapi apa salahnya sih buat nggak SARA sama agama lain? Apa karena orang yang kalian bela itu kena kasus SARA, trus kalian mau ikut SARA?. Gue selalu berfikir kalo mereka yang berdebat adalah orang-orang cerdas, berwawasan luas dengan inteljensi yang tinggi, tapi apa pentingnya itu semua klo EQ mereka masih jongkok, mulai sekarang kurangilah berdebat, saling tusuk dengan berita serta kata-kata, mulailah berbincang-bincang dengan secangkir kopi, asal bayar masing-masing, ini tanggal tua jangan berani-beraninya minta traktir.
I love you all.
Minggu, 20 November 2016
Pria dan Tarian Air Mata : Kelima
Saat ini mereka sudah berada di pinggir jalan di depan kampus, menunggu angkutan kota yang sekiranya akan mengangkut mereka pulang, Amira berdiri di sebelah kanan Soleh, Soleh yang sudah diserang kantuk yang luar biasa kini terus menerus menguap, kini lebih lebar, Amira lalu menatap wajah lelah Soleh, ia teringat akan cerianya Soleh saat itu, saat sebelum semua musibah datang menghampiri pria disebelahnya. Kala itu Soleh masih duduk di bangku Sekolah Dasar, ia terkenal cerdas dikalangan guru dan wali murid, meski ia dikenal sebagai bocah iseng tak tahu adat oleh teman-teman sekolahnya maupun sekolah lain. Pagi-pagi sekali, ketika pelajaraan baru akan dimulai, Pak Rahmat sebagai Wali Kelas Soleh menghimbau kepada Soleh untuk segera menemui Kepala Sekolah, karena ada beberapa hal yang ingin dibicarakan, Soleh lalu pergi menemui Kepala Sekolah di ruangannya yang berada di lantai dasar sebelah toilet guru, ia mengetuk pintu lalu masuk kedalam setelah suara Kepala Sekolah mempersilakannya masuk. "Jadi gini Leh, minggu depan itu ada lomba cerdas cermat antar gugus, kamu bapak masukkin ya buat lomba" kata kepala Sekolah lembut " Lagipula kan, nilai kamu selalu bagus dari teman kamu yang lain". Begitulah akhirnya Soleh keluar ruangan Kepala Sekolah dengan menyetujui keputusan yang tidak dapat ia tolak, ia lalu kembali ke ruangannya dan berfikir bahwa jam belajarnya tiap malam nanti akan bertambah dikarenakan lomba yang akan ia ikuti minggu depan, ia tekun mencatat materi yang diberikan Pak Rahmat di tiap pelajarannya, hingga bel istirahat akhirnya berbunyi, membuat kelas kosong seketika hanya meninggalkan Soleh seorang diri menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya. Tiba-tiba datang tiga orang murid Sekolah Dasar tetangga, masuk ke kelas Soleh seraya menggebrak meja tempat Soleh berada, Soleh yang terkejut mengucek mata lalu memasang wajah heran, karena ia tak pernah tahu siapa anak yang ada di depannya. "Elu kan yang kemaren nimpuk gue pake plastik bekas Es?!" Anak itu berteriak sambil tangannya menggenggam kerah seragam sekolah Soleh, Soleh yang tekejut lalu terperanjat mengikuti kerah seragam sekolahnya, geram pertanyaannya tidak dijawab Soleh, ia lalu mengirimkan bogem mentah ke pipi kanan Soleh, membuat Soleh terlepas dari genggamannya, dan terjatuh dengan kepala menghantam lantai, mata Soleh kembali terperjam dan mengingat kembali kejadian apa yang terjadi kemarin.
Sabtu, 19 November 2016
Pria dan Tarian Air Mata : Keempat
Pria itu masih berdiri canggung di depan Amira dan Soleh, kakinya terlihat sedikit bergetar, keringatnya deras bercucuran, sementara Amira dan Soleh yang dikejutkan dengan kehadiran Pria aneh tersebut terlihat acuh tak acuh, Amira menatapnya dingin sementara Soleh lebih suka membuang mukanya sejauh yang ia bisa. Mereka terlalu terbiasa menghadapi hal seperti ini, bukan karena Amira adalah gadis paling manis di kampus, meski itu mungkin salah satu sebab, tapi Pria di depan mereka adalah Pria ke tiga puluh dua yang melakukan hal seperti ini, setelah tiga puluh laki-laki lain sudah melakukan hal serupa, dan Pria ke tiga puluh satu sudah ditolak oleh Amira sejak dari niat. Pria itu semakin gelisah, kini bajunya sudah basah oleh keringat yang mengucur deras dari dahinya bak hujan di penghujung tahun, Amira masih memandangnya dingin, sementara Soleh mulai menguap, kantuk menyerangnya begitu hebat, ia ingin segera pulang ke rumah lalu mencumbu tempat tidur sedemikian rupa, namun hal tersebut urung ia lakukan karena masih ada bedebah brengsek di depannya yang mengatakan omong kosong beralaskan cinta, kini bukan hanya Pria itu yang gelisah namun juga Soleh, wajahnya mulai memerah, gemas oleh kelakuan lelaki di depannya, ia sudah berjanji pada Amira kalau ia tidak akan pernah mencampuri lagi urusan cinta Amira seperti yang ia lakukan dahulu. Kala itu mereka berjalan pulang setelah selesai menghadapi jam tambahan saat SMA, sepanjang perjalanan mereka lebih sering diisi oleh kesunyian daripada canda tawa, yang mereka pikirkan saat itu hanya ingin cepat sampai rumah lalu merebahkan diri mereka diatas tempat tidur masing-masing, namun semua hal itu harus mereka tunda, tatkala mereka bertemu sosok pemuda yang menghadang jalan mereka pulang, pemuda tersebut melakukan hal serupa Pria saat ini, yang berbeda hanyalah kala itu mereka masih SMA dan Soleh ikut mencampuri urusan cinta Amira untuk pertama dan terakhir kalinya. Belum sempat pemuda itu menuturkan maksud dan tujuannya, bogem mentah Soleh sudah lebih dulu mendarat di pelipis mata sebelah kiri pemuda tersebut, membuat pemuda tersebut terhuyung lalu terduduk kesakitan memegang pelipis mata sebelah kiri, Amira yang melihat kejadian tersebut kembali melanjutkan perjalanan pulangnya yang langsung disusul oleh Soleh. "Amira! Gue suka sama lu!" Teriak pemuda tadi masih dalam posisi duduk memegangi pelipis kirinya. "Cuih!" Amira membalasnya dengan membuang ludah ke selokan jalan. "Leh, tadi adalah hal kali terakhir elu ikut-ikutan masalah percintaan gue" kata Amira, Soleh yang mendengar hal tersebut hanya mengangguk serupa sapi di cucuk hidungnya. Demi melihat air muka Soleh yang berubah saat ini, Amira mulai membuka mulutnya untuk Pria di depan mereka. "Gimana, kalo elu sukanya sama Soleh aja, jangan sama gua" kata Amira dingin, ia lalu melanjutkan langkahnya kembali keluar gerbang kampus yang diikuti Soleh di sebelahnya, meninggalkan pria tersebut dengan wajah pucat pasi, serta nafas setengah-setengah.
Kamis, 17 November 2016
Pria dan Tarian Air Mata : Ketiga
Pria itu bernama Soleh, mahasiswa semester lima di salah satu universitas di Tangerang, Soleh memang pria yang terkenal malas untuk menunggu, pernah satu ketika saat Soleh menunggu sebuah angkutan kota di ujung gang depan minimarket yang tak kunjung datang, Soleh nekat berjalan kaki menuju kampusnya, beruntung saat itu Amira muncul dan memanggil Soleh untuk menemaninya menunggu angkutan kota, sama seperti saat ini. Amira adalah teman sepermainan Soleh semenjak kecil, rumah mereka berdekatan meski berbeda gang, pertemuan pertama mereka memang tidak menyenangkan, kala itu Soleh sedang mengejar layangan di senja menuju petang, hingga akhirnya layangan tersebut hinggap di pohon belimbing depan rumah Amira, Soleh dengan naluri lelakinya memanjati pohon belimbing tersebut demi seonggok layangan plastik dengan logo sabun colek di permukaannya, saat itu pula muncul Amira dari dalam rumah membawa galah bambu yang biasa ia gunakan kala terlihat belimbing yang sudah matang.
"Heh, ngapain?! Kalo ada sesuatu di rumah gua, itu udah jadi hak milik gua!" Kata Amira sambil tangannya menyodok galah bambu menjauhkan tangan Soleh dari layangan tersebut. "Tai" Soleh yang kesal hanya bisa menyumpahi Amira yang masih menyodoknya dengan galah bambu, Soleh kemudian turun dari pohon belimbing tersebut sambil menendang belimbing busuk yang tergeletak depan gerbang rumah Amira. Kini keduanya menempuh jenjang pendidikan tinggi bersama, di universitas yang sama, namun berbeda jurusan. Kedekatan mereka kadang membuat beberapa orang bertanya-tanya tentang status mereka, pasalnya Amira adalah salah satu gadis manis pujaan kampus, dengan rambut panjang yang sering kali di kuncir ekor kuda, hidung mancung dan matanya yang berbinar, kulitnya seputih permukaan roti, kakinya panjang bak peragawati, pria-pria kampus akan segera menatap Amira kala gadis itu lewat, bagai lampu sorot konser dangdut menyinari biduan yang tengah melantukan tembang cengeng dengan goyangan yang heboh, namun mata yang memandang Amira tadi akan berhenti menatap saat Amira mulai berjalan dengan pria kurus dengan jaket serta celana jeans belel yang tak lain adalah Soleh, "Kadang kala kalo hidup pas-pasan, tuhan akan memberikan hadiah dengan cara apapun, tuhan di sampingmu saudara Soleh" ucap pria yang sudah merasa menyerah untuk mengharapkan Amira kala melihat Soleh. "Lama" kata Soleh yang langsung melangkah diikuti Amira dengan napas yang setengah-setengah, akibat menuruni kelas dari lantai lima dengan berlari. "Sorry deh ya, biasa dosen lama tuh" ucap Amira yang kini telah melangkah bersebelahan di samping Soleh, hingga tiba-tiba seorang pria muncul dihadapan mereka. "Mira...mau nggak jadi pacar gua?" Ucap pria tersebut.
Rabu, 16 November 2016
Pria dan Tarian Air Mata : Kedua
Pagi kini menjelang siang, matahari terasa seperti tepat berada diatas ubun-ubun, panasnya menyengat kulit-kulit telanjang yang tak tertutup bahan , angin pelan berhembus, membawa sedikit kesejukan serta debu-debu jalanan, sekali dua angin berhembus sedikit lebih kencang, membuat pusaran kecil selanjutnya menerbangkan debu-debu serta daun kering. Dibawah pohon beringin lebat, duduk seorang pria diatas kursi panjang yang terbuat dari semen, kedua tangannya di sisipkan kedalam kantung samping hoodie denim paduan biru dongker dan abu-abu, terlihat dua buah headset kecil menggantung di kedua telinganya, kabel headset tersebut tersambung ke telepon genggam di kantung kanan celana jeans belelnya, sekali dua ia menghentakkan kaki-kakinya ke tanah senada dengan irama lagu yang ia dengar, wajahnya sedikit layu, matanya terlihat agak cekung, beberapa kali rambutnya tertiup angin yang behembus mesra, rambutnya tidak gondrong mungkin sudah dicukur semalam tadi. Pria tersebut lalu melirik arlojinya, jarumnya menunjukan pukul tiga belas tiga puluh, mulutnya bergumam, air mukanya berubah, ia segera bangkit dari kursi tersebut melangkah pelan menuju gerbang kampus sambil tangannya menyambar ransel coklat yang terduduk malas disebelahnya, langkahnya berat pikirannya bimbang, haruskah ia menunggu lebih lama atau lebih baik pergi dan menikmati tidur siang dirumah, kakinya terayun menuju gerbang, kepalanya mulai ia tegakkan meski tangannya masih berada di posisi yang sama seperti saat ia duduk tadi, selangkah dua langkah mulai ia ayunkan, hingga suara seorang perempuan berhasil mendapatkan perhatian langkah kakinya juga kepalanya yang langsung menengok ke sumber suara. "Soleh! Tunggu, katanya mau pulang bareng".
Selasa, 15 November 2016
Pria dan Tarian Air Mata : Pertama
Pria itu masih berdiri dalam lebatnya hujan yang mengguyur dari mulai sore hari tadi, kepalanya tertunduk menatap kedua kakinya, wajahnya tertutup rambut gondrong tak beraturan, badannya terlihat lebih kurus dalam balutan air hujan, pakaiannya basah mulai dari badan hingga ujung kaki, tangannya masih terkepal erat, napasnya berat bagai ada sebuah batu bata menahan udara keluar dari dadanya, entah apa yang dilakukannya hingga waktu hampir diujung maghrib menuju malam saat ini, beberapa orang yang melintas, melihat dirinya penuh rasa takut sekaligus khawatir, takut jika ia memang sudah tidak lagi waras dan khawatir apabila ia terkena demam angin duduk jika terlalu lama berdiri dalam lebatnya hujan. Satu dua orang menghampirinya dengan payung-payung lebar terbuka, mulai berjalan menghampiri takut-takut hujan tak berhenti malam ini, namun setelah hampir beberapa langkah lagi mereka sampai, pria tersebut bergumam lirih, suaranya serak air matanya terurai, dua langkah mereka jalan mendekati pria tersebut lirihan itu kembali terdengar. "Kumohon, kembalikan semuanya padaku".
Senin, 14 November 2016
How do you feel? : worst
Waktu menunjukan pukul delapan belas tiga puluh saat gue mulai mencoba membuang rasa aneh ini pada tiap ketik tulisan. Gue belajar dari satu hal bahwa nggak semua orang punya selera humor yg sama,dan nggak semua org punya pikiran open minded. Gue nggak menyalahkan orang yg benci sama gue karna satu hal yg udh gue lakuin,gue selalu berterima kasih sama mereka,karena apa?karena mereka mengajarkan gue bahwa nggak semua orang menikmati jokes elu dan semua orang punya hati dan perasaan yang berbeda-beda. Hidup,selalu memberikan semua pelajaran ke gue dengan sebuah kehilangan,tanpa kehilangan rasanya gue nggak terasa hidup,mungkin saat ini gue (akan) kehilangan seorang teman dan dari kehilangan tersebut gue akan dikasih sesuatu paling berharga bernama pelajaran. Mungkin bukan teman gue yang hilang secara harfiah,mungkin perasaan sebagai teman yang bakal ilang,kayak biasanya masuk kelas bareng mungkin sekarang bisa dia atau gue yang masuk dluan,no problem sih,cuma rasanya bakal aneh aja kala elu punya temen satu kelas yg dlu bisa gila bareng sekarang cuma bisa cemberut2an dari jauh,meskipun gue udh minta maaf. Semoga hal kayak gini nggak keulang lagi,dan semua hal bakal balik lagi kayak normal.